Friday, May 15, 2009

Dear Riza

sore tadi aku sudah minta izin ke Riza agar surat yang kutulis untuk dia tanggal 15 Juli tahun 2008 lalu boleh untuk kuposting di sini (aku masih menyimpan filenya ternyata). aku menyukai surat-surat yang kukirim atau kuterima dari teman-temanku karena semangat yang tersimpan di antara huruf-huruf itu membuatku sadar bahwa hidupku bukan hidup yang biasa.

berikut ini adalah keseluruhan suratnya...


Sebenarnya, aku bisa saja langsung berbicara kepada riza, tapi ya seperti kataku tadi, aku suka pakai surat. Lebih romantis.. he he...

Setelah rapat kita, setelah hearing problem dari kalian semua, dan setelah telfon ephy, memang ada masalah kronis, tapi bisa diatasi. Meda ga akan ngegombal ala sastra, tapi aku perlu bilang bahwa di tengah di kehidupan pribadi kita yang makin berat, ditengah tugas-tugas kuliah yang makin menggunung, dan di antara persiapan masa depanmu yang ibarat hidup dan mati (kau pasti tahu maksudku  ), ada sebuah kewajiban besar di pundak kita SAAT INI, yang harus kita kita jalani HARI INI hingga sembilan bulan kedepan. Forkis dan Dakwah. Jika memang semua terasa berat, Meda bilang iya. Tapi ada seluruh tim untuk bersandar, ada Dzat yang tak pernah tidur untuk mendengarkan setiap rintihan kita. “ Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang kusyuk, yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhan-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”(Al-Baqarah 45-46).

Sekarang, yang menjadi pijakan kita setelah semua yang telah terjadi adalah membulatkan tekad untuk mewariskan peradaban forkis kepada adek-adek kita dengan sempurna, sehingga ketika tiba saat kita untuk melangkah pergi, ada pilar-pilar baru yang melepaskan kita dengan rela karena mereka yakin bisa meneruskan estafet perjuangan ini. Ya, sekarang aku mempunyai sebuah cita-cita yaitu untuk mempersembahkan yang terbaik bagi generasi sesudah kita. Setelah itu...

“...biarkan keyakinan kita, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kita. Dan... sehabis itu yang kita perlu... Cuma...”
“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas.”
“Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja...”
“Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya...”
“Serta mulut yang akan selalu berdoa...”

(sepotong keyakinan dan mimpi dari novel 5 cm)

Dan meda tidak bisa sendirian untuk mewujudkan semua ini. Meda butuh sebuah tim yang sekuat dahulu, tim yang tidak bosan dengan agenda dakwah, tim yang menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan, tim yang siap bercucuran air mata dan darah, tim yang selalu optimis, tim yang saling menguatkan, tim yang tidak berpura-pura menjadi orang lain, tim yang hati dan pemikirannya satu, tim yang saling memberi informasi, tim yang selalu berkomunikasi, tim yang memegang rahasia perusahaan dan tim yang yakin bahwa semua ini hanya untuk Allah.

Kita adalah pewaris kejayaan. Pemegang estafet peradaban, dan zaman menunggu kita memberikan tongkat estafet ini kepada ahli waris kita dengan sempurna sehingga kejayaan dapat diteruskan. Kita adalah generasi terbaik, jadi mari kita tunjukkan bahwa kita adalah yang terbaik. Demi Allah dan demi tegaknya kalimat La illa ha ilallah.


Salam perjuangan dari
yang selalu mencintaimu dan akan selalu mencintaimu,
Rosaline

0 comments:

Post a Comment